Minggu, 14 Juni 2020

Bakmi Goreng



Taraaaa.... hasil masak siang ini. 
Hari minggu siang, laper, nggak ada makanan... Pengen beli mi ayam goreng tapi kok mager dan paginya udah jajan soto 😅 Yaudah deh bongkar kulkas bahan seadanya jadi bakmi goreng. Ya walaupun awalnya kepikiran "kayak bakmi ater-ater" yaah.. bedanya kalau yang ini pake sosis 😂

Btw, ini sejujurnya kali pertama bikin bakmi goreng kayak gini. Sebelum-sebelumnya kenapa nggak pernah bikin? Nggak tau juga, ya. Biasanya kalau bikin bakmi tuh malem jadi bikin bakmi godhog. 

Aku share aja kali ya resep bakmi goreng ala aku ini. Aku nyebutnya ala aku soalnya resep suka-suka, bumbunya kira-kira, nggak ada patokan takaran gitu deh pas mau bikin tadi.

RESEP BAKMI GORENG

Bahan:
- Bakmi jagung
- Bakmi kuning 
- Telur (1 butir)
- Sosis (2 buah)
- Sawi
- Kubis
- Loncang
- Sledri

Bumbu:
- Bawang bombay (setengah siung)
- Bawang merah ( 3 siung)
- Bawang putih ( 3 siung)
- Kemiri (2 butir)
- Cabe merah (1 buah)
- Cabe setan (1 buah)
- Ketumbar bubuk (½ sdt)
- Merica bubuk (¼ sdt)
- Ebi (sejumput)
- Garam (½ sdt)
- Gula pasir (1 sdm)
- Kecap (2 sdm)
- Kaldu jamur (¼ sdt)
- Margarin untuk menumis

Cara membuat:
- Rebus mi jagung dan mi kuning.
- Sambil menunggu mi matang, bisa disambi dengan menghaluskan bumbu bawang merah, bawang putih, dan kemiri. Cabe cukup diiris tipis.
- Lelehkan margarin, tumis bawang bombay yang sudah diiris.
- Goreng telur, diorak-arik.
- Masukkan bumbu halus.
- Tambahkan sedikit air, sekitar setengah gelas.
- Masukkan sosis dan ebi, garam, merica bubuk, ketumbar bubuk, gula pasir, kecap. Kalau mau ditambah daging ayam bisa juga, biar lebih sedaap.
- Masukkan sayur sawi, kubis, dan loncang. Bisa ditambah wortel. Aku nggak pakai wortel karena kebetulan habis.
- Tes rasa. Asinnya dilebihin sedikit nggak papa karena nanti berkurang asinnya setelah mi dimasukkan.
- Setelah sayur mulai layu, masukkan mi jagung dan mi telur yang sudah direbus dan ditiriskan tadi sebelumnya.
- Campur sampai rata. Bisa ditambahkan kecap pokoknya warna coklatnya dibikin sesuai selera aja.
- Sudah jadi, bisa ditaburi daun sledri dan bawang goreng.
- Jangan lupa lalapan cabe rawit sama tomat.

Oiya untuk mi jagungnya, aku pakai bihun jagung merk tanam. Karena rencana buat 4 orang, aku pakainya 2 eplek, ternyata setelah direbus kan mengembang jadi banyak banget. Yaudah ada 1/4 bagian aku sisain nggak masukin ke bumbu. Ntar buat dibikin apa lagi gitu deh. 
Nah, kayak gini gambar bihunnya:
Untuk mi kuningnya aku pakai mie kering Eko Mie. Ini mie kayaknya terkenal banget deh. Teksturnya bagus kayak indomi gitu, cuma dia kan nggak ada bumbunya. Satu kemasan gini isinya 2 eplek, aku cuma pake 1 eplek aja tadi buat variasi mie-nya aja. Kayak gini:


Personal Qualities

Materi webinar hari ini tentang personal qualities. Materi pertama adalah tentang kreativitas. 

Ada 7 tipe orang kreatif menurut John Spencer:

image
  1. Engineer
  2. Astronauts
  3. Artist
  4. Point Guard
  5. Hacker
  6. Geek
  7. Architect

Materi kedua adalah tentang grit atau kegigihan, ketekunan. Kegigihan ini adalah hal yang penting banget untuk meraih keberhasilan. Kalau Einstein bilang,

It's not that I'm so smart, it's just that I stay with problems longer.

Jadi, penting banget bagi pengajar dan orang tua nih untuk menanamkan kegigihan dalam diri anak-anak agar bisa tumbuh dan mengembangkan potensi diri dengan maksimal.

Sabtu, 25 Januari 2020

Touring ke Pantai Gunungkidul

Suatu hari, waktu bertemu dengan Mbak-Mbak sepupu, kami berbincang tentang liburan. Mbak-Mbakku mengajak aku dan adekku main ke pantai. Yup, pantai di Gunungkidul, dan mereka ngajak motoran aja. Aku sebetulnya ter-wow karena Mbak-Mbakku ini adalah ibu ibu beranak 2 dan 3. Luar biasa semangat. Alasannya, mereka sudah lamaaa banget nggak jalan-jalan apalagi ke pantai di Gunungkidul dan bareng sodara-sodara. Mumpung ini juga sedang liburan panjang. Aku? Tentu saja langsung oke karena belum ada rencana kemana-mana.

Hari-hari berlalu dengan sunyi hingga tiba malam H-1. Mbak-Mbakku baru buat grup piknik, dan ... akhirnya diputuskan esoknya kami berangkat pagi-pagi jam 6 kumpul di X. Nggak usah sarapan dan mandi karena mau nyebur di pantai hahaha, yang penting jangan lupa bawa baju ganti.

Okay, tibalah hari H. Kami berangkat berenam dengan tiga motor. Aku boncengan sama adekku, Mbak-Mbakku dengan anak-anaknya. Dari titik kumpul, kami cukup jalan luruuus terus ke arah timur, menuju jalan Wonosari. Berhenti sebentar di pom bensin terakhir sebelum mulai naik gunung. Kami motoran dengan kecepatan sedang-sedang saja, antara 50-60 km/jam. Untuk ukuranku dan adekku, tentu saja itu lambat wqwq. Tapi ya nggak papa, namanya juga piknik bareng.

Naik-naik ke puncak gunung... kebetulan jalanan waktu itu belum terlalu ramai dan masih sejuk karena pagi hari. Sekitar 1 jam kemudian, kami sudah mulai masuk kota Wonosari. Kami memutuskan untuk mampir dulu sarapan. Aku bilang adekku yang kubonceng buat gugling nyari soto enak daerah Wonosari kota. Nemu yang namanya "Soto Tan Proyek". Sempat kelewatan karena belum tau tempatnya. Oh, ternyata betul di warung yang depannya banyak mobil-mobil parkir.

Sampai di warung soto ini, kami lihat warungnya sangat penuh dan kami nggak dapat tempat duduk. Yasudah, nunggu saja dulu. Lagian, melihat warung yang rame banget gitu jadi bikin tambah manteb, wah ini pasti enak. Untung saja beberapa saat kemudian ada rombongan yang selesai makan dan segera bangkit. Langsung deh cus ke meja itu. Jadi awalnya pesan dulu mau soto berapa. Waktu mau pesen minumya, disuruh pesan nanti, ada yang nyamperin. Oke deh. Tapi agak lama juga nggak dateng-dateng kan soto sama pelayan yang nanyain minum, jadi ragu, jangan-jangan lupa tuh... Tanyain lagi ke Mbak pelayan yang kebetulan di dekat mejaku. "Iya, Mbak, bentar, nanti ke situ". Oh, yaudah.. Ditinggal ngobrol-ngobrol, ditanyain pesanan minum dan akhirnya datang jugaa soto pesenan. Tengok-tengok sebelah kok pada gadep gorengan, ikutan pesen dong ya.. soto kan emang paling enak dimakan pake mendoan angeet..

Habis makan, kami melanjutkan perjalanan. Mengingat aku piknik bareng buibu yang boncengin anak SD, aku memutuskan piknik ke pantai yang paling dekat aja. Pantai Sepanjang, karena adekku juga belum pernah kesana dan pengen kesana. Kebetulan Mbak-Mbakku ini baru pernah ke Baron, Kukup, Krakal aja, jadinya manut mau kemana. wkwkwk.

Dari Soto Tan Proyek ke Pantai Sepanjang butuh kurang lebih 1 jam juga. Waktu itu sampai di Pantai Sepanjang masih lumayan pagi sih, jam 10.30an. Aku sebetulnya pernah ke pantai ini, tapi udah lamaaa banget. Kayaknya tahun 2009 atau 2010 bareng teman-teman kuliah dulu. Pantainya udah beda banget. Seingatku Pantai Sepanjang dulu masih bersih, tapi waktu kemarin kesana, banyak serpihan-serpihan benda laut dan kayu-kayu gitu, membentuk bekas ombak. Sampah nggak terlalu banyak sebetulnya, tapi tetap saja udah nggak kayak dulu. Sekarang juga sudah banyak warung-warung di sana. Terlepas dari banyaknya serpih-serpih, semakin mendekati bibir pantai, semakin bersih. Pasir putih, laut biru, dan langit pun juga bersih. I'm always amazed.

Jam-jam pagi memang jam-jam ketika ombaknya besar. Mbak-mbakku agak takut juga membiarkan anak-anak main terlalu jauh masuk ke air. Jadinya diawasin terus. Kalau ada ombak datang langsung pada alert. Hahaha. Tapi seru banget kalau pas lagi pada heboh main di tepi pantai tau-tau ombaknya datang. Aku yang sudah siap pakai pakaian gembel, pasrah saja bajunya basah.

Okey, sudah bosan di Pantai Sepanjang, kami memutuskan pindah pantai. Dan juga karena ombaknya besar sih, anak-anak jadi nggak bisa cari ikan-ikan kecil. Bingung juga mau pindah ke mana, akhirnya tanya sama Bapak-bapak di tiket masuk. Pak, pantai yang bisa buat main anak-anak, nangkap ikan-ikan kecil di mana ya Pak? Jawabnya: "Sama aja Buu.. ini di sini biasanya juga bisa. Tapi ombaknya baru gede. Biasanya kalo udah mulai sore jam-jam 2, 3".
Jadilah kami memutuskan ke Pantai Drini. Nggak terlalu jauh dari Pantai Sepanjang, naik dikit.

.... to be continued.

Jumat, 05 Juli 2019

Pekerjaan Paling Lama

Ehm.. ini sungguh tulisan tidak penting yang ditulis kala mengalami kejenuhan.
Kejenuhan terhadap apa?
Kejenuhan karena melakukan hal yang terasa suangat suangat lama dan tidak ada habisnya.
Pekerjaan apa sih emang??
Pekerjaan mengelola file di komputer 😅 seperti yang sedang kulakukan saat ini.

Atau .. cuma aku yang merasakan hal itu?

Jadi, makin kesini tuh, aku merasa buanyaaak sekali data-data soft file bertebaran. Apalagi yang namanya foto. Bisa sampai ribuan. Mungkin sekarang udah puluhan ribu kali yaa.. Akumulasi dari jaman dulu. File jenis foto ini yang menduduki peringkat pertama sebagai file paling banyak, haha. Dampaknya, satu, memenuhi memori, mau dihapus kok sayang, tapi kalau nggak dihapus, mau ditaruh di mana?. Dampak kedua, kalau yang file acak, maksudnya bukan hasil foto pada waktu yang sama, kadang bingung mau dikelompokkan ke mana. Disimpan dulu, tau-tau numpuk ribuan foto, pusing sendiri milih mana yang worth it buat disimpan, mana yang harus dibuang aja. Kalau foto hasil piknik gitu, misalnya, kan gampang, bisa langsung dijadikan satu folder, ya.

Darimana semua file-file itu berasal? Ya dari kegiatan foto-foto laah.. Terutama dari jaman kenal yang namanya kamera digital, terus handphone yang udah warna, bagus buat foto-foto pada jamannya, Nokia 6600 dulu hits banget walaupun aku tidak pernah memilikinya, sampai akhirnya hp-hp sudah dikasih kabel data buat mindah file, dan mungkin juga karena kebutuhan penyimpanan data, mulai beredar banyak tempat untuk upload file online dan sekarang pun yang namanya sharing file online itu sudah gampang banget.

File terbanyak kedua adalah file dokumen. Terutama sejak kuliah dan dapat proyekan nulis buku soal SD. Download, download, download, create, save, save as, sampe dobel dobel filenya 😂 Begitu selesai tugasnya, filenya jadi banyak beranak-pinak. Wkwkwk.

Udah gitu, biar enak bisa dibuka di mana-mana, filenya diupload ke cloud. Harus diatur juga kan biar rapi, gampang pas nyari. Kalau asal plung-plung sering pusing juga nyari pas lagi butuh banget.

Btw, sudah jam 7, kuota malam sudah habis 😜 upload ke cloudnya udahan, curcol ini juga dicukupkan. Babaay...

Jumat, 06 April 2018

Kecerdasan emosi anak dan kedekatan dengan orang tua. Hubungannya apa?

1 April 2018.
Adikku yang baru semester 2 kuliah sedang UTS. Sambil menemani dia belajar, aku tiduran di kasurnya. Daripada nggak ngapa-ngapain ya, aku pinjam lah salah satu buku kuliahnya adekku. Aku minta random aja, terserah mau diambilin apa. Lalu, diulungkan sebuah buku tebal 😅 judulnya "A Topical Approach to Life-Span Development" yang ditulis oleh John W. Santrock. Buku tentang perkembangan manusia, maklum adikku ini kuliah jurusan Psikologi.

Baiklah, looks interesting. Sebetulnya buku ini nggak terlalu asing buatku. Secara waktu kuliah juga pernah belajar perkembangan peserta didik. Nama Santrock pun sudah sering banget kubaca dulu. Jadi kurang lebih aku sudah tahu lah isinya. Bedanya, dulu belajar waktu kuliah tu sambil lalu, wkwkwk, cuma mempelajari yang buat bahan presentasi. Bab yang nggak dipresentasiin sendiri terus nggak dibaca, pilih baca hasil makalah yang udah rangkuman 😅😅

Lho ini malah cerita apa sih. Nggak nyambung sama judulnya. wkwkwk.

Lanjut, karena malam ini pengen random, aku pilih membaca Chapter 10, tentang Emotional Develompent and Attachment. Mengapa pilih membaca ini? Berbicara tentang emosi selalu menarik. Sering kali kita menganggap emosi adalah rasa kemarahan, namun sebetulnya, emosi adalah berbagai bentuk perasaan kita.  Manusia makhluk yang dinamis memiliki beragam emosi dalam dirinya, baik emosi positif maupun negatif, yang diekspresikan maupun dipendam.

Jika kita lihat, semakin dewasa seseorang, semakin emosinya sulit untuk dibaca. Why? Karena semakin bertambah usia, makan otak pun makin berkembang. Manusia jadi lebih memiliki kontrol terhadap emosi yang dirasakan. Dunia ini~~ panggung sandiwara~~ 😅😅

Sering aku lihat anak-anak jaman sekarang sangat ekspresif. Saking ekspresifnya, mereka ini kalau minta sesuatu nggak keturutan terus ngamuk-ngamuk sama orangtuanya atau nangis guling-guling depan kasir minta kinder*oy nggak dibeliin. Ehh 😅. Sebetulnya ini perilaku yang kurang baik. Kalau di buku dikatakan, orangtua yang biasa mengajari anak untuk mengatasi emosi berlebih, terutama emosi negatif, anak-anaknya ini akan memiliki permasalahan perilaku yang lebih sedikit dibandingkan orangtua yang mengatasi emosi negatif anak dengan cara mengubah emosi (nglimpekke kali ya), menolak, atau tidak memperhatikan. Ya pokoknya tidak menyelesaikan permasalahan. Jadi anaknya dibiarkan saja atau dialihkan perhatiannya. *pengalihan isuuu~

Nah, di buku ini, aku menemukan sebuah kalimat,
"Young children are more likely to openly discuss difficult emotional circumtances when they are securely attached to their mother and when their mother converses with them in a way that validates and accepts the child's view" (Walters & others, 2010)
"difficult emotional circumtances" di sini misalnya ketika anak mengalami depresi atau stres karena suatu hal, bisa juga ketika anak berperilaku buruk. Dua hal penting yang bisa ditangkap adalah 1) ibu (orangtua) harus bisa membuat anak merasa aman, 2) kalau orangtua punya pandangan yang berbeda atau tidak setuju dengan sikap anak, tetap, pendapat anak harus dihargai. Bukannya menyalah-nyalahkan atau memarahi. 👌👌

Ketika si anak merasa aman dan dekat dengan ibu, ya pastinya anak akan berani curhat kalau ada masalah. Kalau anaknya mau curhat, ibu jadi tahu kalau ada masalah dengan anaknya, jadi bisa membimbing anak untuk menyelesaikan masalahnya. Bukan ibunya yang mengambil alih permasalahan anaknya lho yaa. Anak akan menjadi lebih memahami emosi yang dirasakan dan belajar untuk mengelolanya. Jika di rumah anak dilatih untuk dapat mengelola emosinya dengan baik, maka anak akan lebih mudah dalam membangun hubungan dengan orang lain di lingkungan sekitar.

Hmm... jadi begitu...